Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/153

Halaman ini tervalidasi

lainnya. Tapi mereka lebih memilih indekos di sekitar lingkungan sekolah dari pada harus bolak-balik jauh-jauh setiap pagi untuk berangkat ke sekolah. Berbeda kondisi dengan Rina yang harus pulang tiap hari untuk membantu ibunya mengurus rumah dan adik-adiknya. Sebagai sulung dari lima bersaudara Rina harus bersedia menjalaninya.

"Akhirnya sampai juga!" Seru Rina dalam hati. Setelah menempuh perjalanan kira-kira satu setengah jam sekarang Rina sampai juga di gerbang sekolah. Belum banyak yang datang tapi gerbang sudah terbuka lebar. Di sana terlihat seorang satpam sedang berdiri di pos jaga. Pak Madi namanya. Biasanya tiap pagi Pak Madi akan berdiri di depan gerbang sambil memperhatikan para siswa yang memasuki halaman sekolah. Bila ada yang melanggar peraturan akan langsung di tegur olehnya.

"Assalamualaikum Pak," sapa Rina. Pak Madi menjawab salam Rina kemudian menunjuk ke arah kaki Rina seolah bertanya sepatu Rina mana? Rina langsung menjawab "Tenang Pak..., ini ada dalam tas plastik." Biasanya Rina selalu berangkat dari rumah dengan menggunakan sandal jepit. Hal ini sengaja dilakukan dengan alasan menghemat sepatu. Rina cuma mempunyai satu pasang sepatu sekolah. Sepatu itu pun sudah tidak baru lagi. Seingat Rina dia dibelikan ibu sepatu ketika dia baru naik kelas dua sekarang Rina sudah kelas tiga berarti sudah hampir dua tahun umurnya. Setelah merasa Pak Madi percaya padanya kemudian Rina dengan segera menuju samping pos jaga untuk memasang sepatu yang sudah dia jinjing dari tadi. Begitulah keseharian Rina. Walaupun hidupnya sangat sederhana tapi dia tetap berusaha untuk selalu ceria dan semangat untuk menyonsong masa depannya.

Kelas Rina masih kosong. Rina adalah orang yang pertama sampai di kelasnya. Bahkan hampir selalu begitu, walaupun rumahnya jauh dan ditempuh dengan berjalan kaki akan tetapi dia tidak pernah terlambat untuk sampai di

141