Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/168

Halaman ini tervalidasi

akan memberitahu ayah-ibu saat ini, panik bukan tipe beliau. Paling-paling anduang baru akan memberi tahu ayah-ibu kalau memang berhari-hari aku tetap tidak pulang. Jadi aku memutuskan untuk tinggal di rumah Giana beberapa hari.

***

Ah, Nona Waktu, aku benci saat kau seolah bermain dengan hatiku. Baru saja kenangan berpendaran di imajinasiku. Dan mirisnya, semua yang telah menjadi kenangan selalu kau buat seolah berlalu cepat. Sedang sesuatu yang belum terjadi dan kunanti, kau biarkan mengalir lambat. Nona Waktu, aku rindu anduang, tak bisakah aku sampai lebih cepat? Kulirik jam, satu jam lagi memang. Tapi kali ini Nona Waktu memang benar-benar mempermainkanku.

***

"Sungguh, Na. Aku suka anduang, kau seharusnya tahu, betapa bahagianya kalau aku punya nenek seperti anduangmu," Giana berkata lirih tanpa memandangku. Matanya fokus pada adegan tak jauh di depan kami. Aku tergugu.

Hampir tengah malam, saat aku tiba di rumah Giana. Giana tak terkejut, ia sudah tahu kondisinya, aku mengirim sms padanya. Aku tertidur di kamar Giana yang mewah setelah sedikit terisak bercerita padanya tentang betapa kesalnya aku dengan anduang. Namun rasanya baru sebentar aku berlayang dalam mimpi, suara berisik di lantai bawah membangunkanku dan Giana.

"Ada apa, Gi?" Tanyaku. Giana diam, segera berlari ke ruang depan lantai bawah. Aku mengikutinya.

Miris! Pemandangan yang kulihat sesaat kemudian sungguh miris. Ini pukul setengah empat pagi dan kulihat

156