Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/181

Halaman ini tervalidasi

“Jangan salah sangka Pak Madun, kami tidak berbuat curang”

“Jangan mengelak lagi, kemarin si Bintiak kalah tapi mengapa sekang ia menang?”

Mereka bertiga sudah saling tinju meninju hingga babak belur. Tak ada satupun yang melerai. Akhirnya datang niniak mamak untuk menyelesaikan perselisihan.

“Apa masalah kalian sampai bertinju seperti ini?” Tanya seorang niniak mamak.

“Ini Mak, Pak Madun memacu sapinya dengan dukun, tapi Bang Rahmat dan Bang Agus memacu sapinya dengan telur itik.”

“Oh itu permasalahannya, masalah kecil kenapa diperbesar? Kitakan orang yang beradat dan beragama, tidak boleh mempercayai dukun. Itu namanya musyrik dan itu dibenci Allah SWT.”

Mendengar itu Pak Madun tetap bersikukuh menuduh bahwa Bang Rahmat dan Bang Agus berbuat curang.

“Sudah, sekarang ambillah dulu tropi untuk si Bintiak.”

Aku mengikuti Bang Rahmat dan Bang Agus untuk mengambil tropi tersebut. Ternyata ada wartawan dari tv swasta, dia hendak mewawancarai Bang Rahmat dan Bang Agus.

Mendengar semua itu, wartawan angkat bicara mengenai permasalahan itu.

“Saya tidak melihat kecurangan di sini,seandainya pemenang ini berbuat curang, pasti mereka tidak akan saya wawancarai. Sayapun melihat mereka berpacu dari awal sampai akhir, dan sayapun tahu kalau mereka berdua pernah didiskualifikasi oleh juri karena menolong korban kecelakaan.”

Aku melihat orang yang memiliki warung tempat Bang Rahmat dan Bang Agus membeli telur itik untuk si Bintiak ikut menyelinap di antara orang-orang yang sedang bertengkar.

169