Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/182

Halaman ini tervalidasi

“Mereka berdua tidak bersalah Pak, saya melihat sendri bahwa mereka sangat memperhatikan kesehatan si Bintiak, makannya saja telur itik tiga buah, lebih mewah dari makanan kita.”

“Oh iya..., saya juga melihat Pak Madun pergi ke dukun. Apakah dukun bisa memenangkan sapi Pak Madun? Cobalah lihat apa yang dikalungkan Pak Madun dileher sapinya,” kata salah satu warga.

“Ayo cepat kita lihat,” sorak warga.

Tanpa diduga-duga, ternyata isi kalung tersebut adalah benang tujuh warna dan hati pukang.

Mendengar semua itu, wartawan tadi langsung menelepon polisi untuk menangkap Pak Madun dalam perkara pencemaran nama baik. Karena kejujuran Bang Rahmat dan Bang Agus, wartawan tadi menawarkan kepada mereka berdua untuk menjadi duta kebudayaan, walaupun mereka masih duduk di kelas tiga SMA, namun mereka layak dijadikan sebagai contoh. Bang Rahmat dan Bang Agus menerima dengan senang hati.

170