Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/185

Halaman ini tervalidasi

Malam semakin larut. Aku kembali ke tempat tidur dengan harapan baik akan esok pagi. Karena jika hari esok lebih baik dari hari ini, maka aku termasuk orang yang beruntung. Dan bila hari esok sama dengan hari ini, tentunya aku tergolong umat yang merugi.

***

Pagi itu cukup cerah dengan sinar mentari yang menyinari bumi. Setelah mandi dan sarapan aku duduk di ruang keluarga bersama ayah dan ibu. Ayah sengaja minta izin tidak masuk kerja untuk mengantarku ke loket.

"Pastikan semua barangamu sudah lengkap, Vi!"

"Iya, Ayah! Tadi sudah Evi cek semuanya."

"Kamu baik-baik di sana ya, Nak! Kabari kami di sini," timpal ibu.

Aku hanya mengangguk tanda mengerti. Tidak banyak yang ayah dan ibu sampaikan, karena mereka juga sering mengingatkan aku agar selalu hati-hati dalam bersikap. Mereka tidak menguraikan suatu pokok permasalahan secara panjang lebar seperti kebanyakan orang tua, hanya singkat, namun selalu ku ingat pesan mereka.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" Jawabku langsung menuju pintu menyambut tamu yang datang.

Mereka adalah teman seperjuanganku selama ini, merasakan senang dan sedih bersama-sama. Setelah mereka duduk dan minum, kami berbicara sedikit tentang kepindahan aku dan teman-teman lain yang akan pindah. Aku tidak tahu pasti alasan mereka memilih pindah dari negeri rantau ini. Penduduk Jambi memang banyak merupakan orang perantauan. Dari Aceh, Medan, Padang, Riau, Palembang, dan Jawa. Orangtuaku adalah perantau dari bumi Minangkabau. Daerah dengan rumah gadang yang memiliki gonjong seperti tanduk kerbau. Kadang kala

173