Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/191

Halaman ini tervalidasi

hingga tiga lagu. Aku sendiri merasa sedikit terhibur dengan lagu tersebut. Selesai menghibur, pengamen tadi berjalan sambil menyodorkan sebuah bungkus permen kosong dan menghilang dari atas bus.

Lepas dari kemacetan, bus segera melaju dengan kecepatan sedang. Aku yang duduk di Ssamping jendela menikmati pemandangan Kota Jambi di siang yang cukup terik ini. Dari atas bus terlihat para pejalan kaki, penjual buah-buahan, dan berbagai jenis kendaraan beroda.

Cuaca memang panas di luar sana, namun karena fasilitas transportasi yang full AC membuat para penumpang sudah mulai terbuai dengan suasana tenang dan nyaman dengan udara yang sejuk.

Beragam jenis sifat para penumpanng yang ada saat ini. Terdengar saja suara seseorang yang sedang mabuk darat di depan sana. Memang sebuah keadaan yang tak menerima perjalanan yang cukup panjang ini. Belum sampai satu jam perjalanan sudah pusing. Untungnya aku bukan seorang yang pemabuk darat sehingga ibu dan ayah tidak mencemaskan keadaanku di atas bus.

Dari arah belakang terdengar suara yang cukup besar dan dalam. Setelah kuperhatikan, seorang lelaki berumur sekitar 45 tahun sedang berbicara melalui ponselnya. Pakaiannya rapi menyelimuti tubuhnya yang gemuk. Kumisnya yang tebal mengikuti gerak bibirnya saat berbicara. Perutnya yang buncit terkadang naik turun saat dia tertawa lepas dengan seseorang yang tak kutehui di balik ponsel itu.

Tak jauh dari bangkuku, sepasang bocah kembar sedang asyik dengan mainannya. Mereka tertawa kecil saat bermain dan bercanda. Senyum lebar terukir di wajah imut mereka sebelum akhirnya salah satu dari mereka menangis. Kebiasaan anak kecil yang bercanda hingga menimbulkan pertengkaran berujung air mata. Karena salah satu anak itu menangis, saudaranya pun ikut menangis. Seorang wanita

179