Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/193

Halaman ini tervalidasi

akibat bertahan dalam posisi duduk sejak siang tadi, Terlihat bayangan seperti bangunan yang cukup besar. Setelah kuperhatikan, ternyata rumah gadang dengan gonjongnya. Aku merasa lega telah memasuki daerah Sumatra Barat dan kusadari bahwa aku telah meninggaikan Jambi. Karena dingin dan letih yang mencekam membuatku tertidur meskipun tidak senyaman di atas kasur. Sesekali kumerasa tak dapat tidur hingga ku beralih mencari makanan di dalam tasku.

Pantulan cahaya berkerlap-kerlip. Malam ini memang berbintang, namun cahaya aneh itu datang dari sesuatu seperti bidang datar di bawah sana. Kami melewati sebuah rumah makan yang dalam papan namanya tertera alamat Ombilin, tepi Danau Singkarak. Hey, danau yang cukup dikenal oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Kami sekeluarga pernah berkunjung ke sini. Bermain air dan mencari kerang di tepi danau. Airnya sejuk saat itu, namun kuyakin airnya sangat dingin saat ini.

Terlepas dari pesona Danau Singkarak, kembali kubuka tas dan mencari keajaiban di dalam sana. Kudapati sebungkus coklat. Tanpa pikir panjang kubuka dan kunikmati coklat itu.

Tak terasa aku sudah menunaikan salat subuh. Sepengetahuanku, aku telah melewati Solok, Padang Panjang, dan akan memasuki Kota Bukittingi. Cahaya pagi mulai muncul menerpa bunga-bunga, membuatku semakin tak sabar untuk sampai di rumah.

Kuturunkan semua barangku di terminal Aur Kuning, Bukittinggi. Kota Wisata ini masih sepi. Tentu saja, masih pukul enam pagi. Kupandang Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang saling bergandengan menjunjung langit. Sesuai petunjuk dari ayah, aku harus mencari minibus menuju Payakumbuh.

Etek Widi menelpon menanyakan keberadaanku. Dia adalah adik bungsu ibu yang turut tinggal bersama kakek

181