Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/194

Halaman ini tervalidasi

dan nenek. Dia seorang pegawai muda di kantor camat, dan masih gadis alias belum menikah.

Tak begitu sulit menemukan minibus jurusan Payakumbuh. Dari dalam sini kulihat sawah hijau membentang, pohon kelapa berdiri tegak, dan langit biru yang cerah. Suasana alam yang indah saat cahaya. menembus embun pagi itu. Aku ingat pesan ayah. Aku harus turun di sebuah tempat bernama Simpang Balai Panjang, Payakumbuh.

Sebelumnya aku tidak mengetahui jalan menuju rumah kakek dan nenek. Aku hanya mengikuti petunjuk dari ayah. Petunjuk jalannya sangat berbeda ketika saat aku melakukan perjalanan tengah malam dalam suatu kegiatan pramuka. Di sana kami harus teliti melihat yang ada di sekitar kami. Sungai, hutan, semak dan berbagai rintangan yang harus dihadapi. Perjalanan hari ini malah terasa lebih mudah. Karena aku hanya duduk dan menunggu. Namun jurit malam memang lebih seru dan menegangkan.

Lagi-lagi aku teringat kisah itu, belum rela seutuhnya aku terlepas dari mereka semua. Siapa lagi kalau bukan ayah, ibu, Kak Rusdy, dan HAELF. Namun kupunya rencana, di sekolah baruku nanti. Aku tidak akan meninggalkan kegiatan menyenangkan itu. Ku percaya dengan melintasi daerah yang banyak sawah dan bukit serta lembah ini akan menjadi lebih mengesankan.

Dan sampailah di simpang yang kumaksud. Kata ayah cukup menggunakan jasa ojek untuk mengantarku ke Situjuah. Kuikuti petunjuk tersebut dalam rangka mencapai daerah dalam jarak sekitar 10 km. Kusebutkan alamat rumah secara lengkap hingga aku tiba di rumah.

Sebuah rumah sederhana dengan cat warna kuning muda. Pintunya terbuka, namun tiada seorangpun yang kulihat.

"Assalamualikum...!"

"Waalaikumsalam. Eh, Evi sudah sampai," ujar nenek

182