Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/27

Halaman ini tervalidasi

sedikitpun kritikannya, melainkan terus makan dengan frekuensi yang sama.

Hidup di kota besar seperti Jakarta memang tak pernah mudah. Aku beruntung menemukan teman indekos seperti Lave yang selalu peduli dan membantuku melakukan banyak hal. Gadis manis yang merupakan salah satu mahasiswi universitas di Jakarta, juga bekerja part time di sebuah toko makanan. Kemampuan memasaknya yang jempolan memang membuat perutku sangat bersyukur karena selalu saja tiba di indekos dalam kondisi meronta kelaparan.

* * * 


Alfa

"Kau terlambat lagi?" Sebuah suara berat mengagetkanku yang baru saja datang ke lokasi syuting.

"Maaf! Aku bangun kesiangan tadi!" Aku meminta maaf pada orang yang mengagetkanku. Setelah aku membuka topi, barulah aku menyadari kalau yang menyapaku adalah sutradara film yang sedang kukerjakan ini.

"Ya sudah Alfa! Lain kali Kau tak boleh terlambat! Semua sudah menunggumu dari tadi!" Mas Seno, sang sutradara menepuk punggungku pelan. Menyuruhku segera bersiap.

Aku meletakkan tas ransel yang kubawa di sebuah kursi. Dari jauh, aku menatap seorang gadis tengah menunduk dimarahi oleh kru lain. Sepertinya gadis itu juga terlambat, karena aku melihatnya datang tergesa-gesa tadi. Aku hanya menggeleng dan tersenyum.

* * * 


Riana

Aku bersiap di belakang kamera, dengan mengenakan topi yang biasa. Bersiap merekam adegan yang akan dilangsungkan sebentar lagi. Aku memang ditugasi untuk menjadi juru kamera sebagai tugas praktek lapangan. Bagiku menjadi juru kamera bukan pekerjaan yang mudah. Perlu. ketenangan, kesabaran, ketekunan dan kejelian demi memperoleh gambar yang bagus dan tak mengecewakan.

15