Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/44

Halaman ini tervalidasi

Tak lama kemudian, mereka sudah bercakap-cakap, bernostalgia bersama. Diah adalah gadis dalam foto lama itu. Randhi kembali karena janjinya kepada gadis itu. Hutan yang tandus ini adalah tempat perjanjian mereka. Karenanya, mereka bertekad kuat untuk menghijaukan kembali hutan kenangan mereka ini.

Esok harinya, Randhi mulai memoto. Para warga membantu berjaga-jaga apakah penebang ada yang datang atau tidak. Ternyata kelompok penebang akan mengirim orang untuk mengecek setiap siangnya. Hal ini membuat Randhi semakin was-was.

Setiap siang, Diah selalu mengantarkan makan siang untuk Randhi. Terkadang, Diah menjadi model foto Randhi tanpa disadarinya. Tanah tandus itu mulai ditumbuhi rumput-rumput kecil. Randhi memotret rumput itu. Fotonya menimbulkan kesan bahwa si rumput kesepian, sendirian di tanah yang tandus.

Di lain kesempatan, Randhi memotret seekor tupai yang datang entah dari mana. Tupai itu duduk di atas bekas tebangan pohon. Ia terlihat sedih, menatap hutan yang dulu merupakan rumahnya telah tandus. Bagi beberapa orang yang memandang foto itu, pasti merasa memiris.

Suatu hari, Randhi makan siang bersama dengan Diah di tanah tandus itu. Mereka makan dengan tenang. Saat itu tangan Diah menggenggam sedikit tanah dari tanah tandus itu. Ia tersenyum sedih mengingat masa lalu ketika ia dan Randhi bermain bersama di sana. Randhi yang melihatnya, kembali mengabadikan momen itu.

“Diah, kapankah senyummu kembali? Aku kembali karena ingin melihat senyum tulus, senyum kegembiraanmu. Tetapi mengapa kamu terus menerus tersenyum sedih? Tersenyum dengan air mata mengalir di hatimu. Mengapa kamu terus menahan tangismu? Tak Kau ijinkan mereka mengalir membawa pedih di hatimu. Mengapa?” pikir Randhi. Tiba-tiba terdengar teriakan.

32