Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/63

Halaman ini tervalidasi

aku juga menonton orang-orang ini. Ternyata orang yang memainkan rabab adalah seorang laki-laki yang disebut tukang rabab dan dia juga dibantu oleh seorang perempuan yang bernyanyi atau berdendang dan disebut tukang dendang. Kulihat tukang rabab duduk bersila sedangkan tukang dendangnya duduk bersimpuh.

Di saat aku tengah asyik menonton tukang rabab dan tukang dendang ini, ternyata rombongan mempelai laki-laki yang dijemput telah datang. Aku ingin tahu siapa saja yang datang, rupanya mamak, paman, dan rombongan pihak mempelai laki-laki. Kedatangannya disambut dengan baik dan dijamu dengan makanan. Sambil duduk bersila di bawah tirai dengan mamak pihak mempelai laki-laki dan mamak pihak mempelai wanita. Selesai makan, kedua mempelai segera dinikahkan. Tentu saja yang menikahkannya adalah papaku.

Tapi aku heran juga, tadi kakakku sebelum marapulai datang ia duduk di pelaminan, tapi sekarang saat marapulai datang kakakku malah disembunyikan di kamar anak daro.

Jadi aku langsung bertanya kepada mamaku.

"Ma..., kenapa kakak disembunyikan?" Tanyaku.

"Nana..., kakak belum diperbolehkan untuk keluar," jawab mama.

"Kenapa begitu Ma?"

"Itu sudah merupakan ciri khas adat istiadat kita."

"Jadi kapan kakak boleh keluar?”

"Nanti setelah ijab kabul selesai diucapkan oleh mempelai laki-laki, baru kakak boleh keluar," jelas mama.

"Oh begitu," sahutku.

Sekarang aku sudah mulai tahu akan ciri khas adat istiadat Minangkabau. Aku bingung sekarang aku harus melakukan apa. Lalu aku berpikir sejenak, mungkin aku harus menemani kakakku yang hanya sendirian di kamar, lebih baik aku segera ke sana. Aku tersenyum sambil menyapa nya.

"Hai Kak...!" Sapaku.

51