Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/71

Halaman ini tervalidasi

sekali ada yang baik. Sangat berbeda pada zaman orang tua kami. Kaum laki-laki adalah kaum yang amat bertanggung jawab walaupun hidup dalam adat biadab ini.

*** 

"Asna," seseorang memanggil namaku dari luar rumah seraya mengetuk pintu.

Aku bergegas membukakan pintu. Kedua bola mataku menangkap sosok yang hadir pada pokoro kemarin. Ritu, dia adalah mempelai pria yang baru saja menjalani pokoro. Dia adalah suamiku mulai hari ini. Bukankah begitu adatnya?

Segera kupersilahkan dia masuk ke rumah. Membuatkannya secangkir teh, dan kemudian duduk di hadapannya.

"Kau Ritu?" Tanyaku mamastikan. Namun tidak ada jawaban, semestinya aku mengerti. Aku memilih untuk menjawab dan meyakinkan diriku sendiri, dia Ritu.

Aku berbisik dalam hati, "Aku adalah istrinya mulai detik ini, istri Ritu".

"Asna, aku akan pergi ke hutan," ia berdiri kembali setelah tehnya habis.

"Ritu, tapi kau baru saja tiba. Apa kau tidak ingin makan dulu?"

"Tidak, aku ingin memburu seekor rusa. Kau tunggu aku di rumah dengan beras yang sudah kau tanak dan secangkir teh. Aku rasa aku akan cukup lelah nanti,"

"Baiklah. Hati-hati, Ritu,"

Percakapan yang singkat. Hanya itu pembicaraan pertamaku dengannya sebelum ia kembali dengan rusa buruannya.

Hari selanjutnya kusadari bahwa ada perubahan. Aku hidup dengan baktiku kepada Ritu. Perubahan yang menyenangkan kurasa, ia baik.

Entah ini hanya permulaan saja atau bagaimana, akupun

59