Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/83

Halaman ini tervalidasi

suka berburu, jawabannya pendek saja, "Kalau tidak berburu kedua anjing ini akan mati kelaparan."

Apalagi kadang diperburuan itu ada diadakan semacam taruhan. Tentu bagi anjing mereka yang sanggup mematikan binatang buruan yang akan memenangkannya.

Seperti hari ini. Wak Ramlan mengajak abah berburu ke Bukit Rimbo Batu. Sebuah bukit yang dipenuhi tumbuhan pinus besar-besar. Rumputnya mencapai lutut orang dewasa, yang menutupi jurang-jurang terjal di sekelilingnya. Batu-batu besar dan terjal seringkali menjadi ranjau bagi orang-orang yang berjalan di dalamnya. Wak Ramlan berani mengganjal tiga ratus ribu kalau anjing abah mampu melumpuhkan satu ekor babi. Sepulang dari rumah Wak Ramlan kemarin wajah abah tampak lebih bahagia. Sepanjang malam hanya berburu saja ceritanya. Aku dan amak hanya bisa mengurut dada.

***

"Woiii..., Kandiak gadang lari ka rah rimbo!" Seorang pemburu berteriak dengan lantangnya, sambil menunjuk ke jalanan kosong di antara rentetan pinus yang menjulang tinggi di udara. Sontak anjing-anjing mereka dilepaskan. Dengan garang dan liarnya anjing-anjing itu berlari mengilas rerumputan dan ilalang. Di belakang, para pemburu dengan ligatnya mengikuti anjing-anjing mereka. Sorak mereka membahana di udara.

Abah berlari dengan kencangnya. Napasnya memburu. Tidak sabar melihat taring anjing-anjingnya menempel di kulit babi hutan yang kini sedang diburu. Ia kerahkan sisa tenaga. Keringat membasahi melunturkan debu-debu kotor di wajahnya. Kaos tipis yang ia kenakan telah menempel di badan akibat keringat yang melekat.

Tapi apa bisa dikata, kaki abah menabrak sebuah batu besar yang tidak kasat mata, karena ditutupi oleh

71