Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/85

Halaman ini tervalidasi

mengajarkanku arti perih sebuah kehilangan.

Satu bulan jasad abah belum juga ditemukan. Entah di mana keberadaannya. Tersangkut di sebuah cabang pohon,atau jatuh kedalam sungai dan hanyut entah kemana. Atau memang telah dimangsa hewan buas dan dibawa ke sarangnya. Apakah abah masih hidup dan kini sedang barada disuatu tempat. Allahualam. Tapi yang jelas aku telah rela menerimanya. Meski sesekali masih kudengar di penghujung akhir malam isak tangis amak, yang menyajakkan bait-bait kehilangan setiap aku tidur di pangkuannya.

Coba baca Nak, coba baca
Berita ayahmu yang jatuh dari ketinggian
Di sebuah akhir malam
Tutup telingamu, dikalau
Dentuman keras itu membuat napasmu sesak
Dan darahmu deras menggelegak
Agar malam ini, anakku
Amak melihatmu telentang tanpa nyanyian abah
Dan tanpa decitan periuk
Pertanda nasimu masak diperapian

Lalu kami akan sama-sama menangis dalam kesunyian. Kini saluang bambu itu merenung sendiri kehilangan majikannya. Mulai melapuk dimakan cuaca.

***

Masih terdiam. Kupandangi tumpukan-tumpukan kertas berdebu di atas sebuah meja kayu. Entah apa penyebabnya berdebu. Debu-debu dari jalanankah? Atau akibat telah lama tersentuh waktu.

Debu kusapu dengan tangan. Di setiap lembar terdapat coretan-coretan yang sudah tampak kusam. Sesekali kuberdiri ke arah jendela kayu. Menembus pandang pada

73