Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/86

Halaman ini tervalidasi

kabut yang menyekap penglihatan. Menatap serambi yang bisu, kedinginan di tempatnya.

Mulai kubaca kertas itu lembar demi lembar, berteman lilin yang menyadap kegelapan. Air mataku meleleh disebuah kertas yang sudah hampir sobek. Kubaca lagi tulisan itu dalam-dalam.

"Jadilah lilin-lilin itu, anakku! Yang tidak pernah habis sebesar apapun api membakarmu. Jangan kau menjadi kertas! Meskipun kecil api yang membakar, Kau akan tetap sirna sebagai abu."

Sekarang aku benar-benar mengerti apa yang akan terjadi ketika kertas dan lilin itu menyatu. Sebelum kenangan itu benar-benar kubakar menjadi masa lalu.

74