Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/90

Halaman ini tervalidasi

ibu dapat memberi label mahir padamu," ucap Ibunya. Seketika wajah Dayana tampak bahagia.

"Tentu saja, Ibu. Aku akan berlatih serius. Memiliki motor adalah impian besarku," ucapnya bersemangat. Aku merengsek mundur. Mimpi Dayana untuk memiliki motor ternyata terlalu besar untuk kugantikan. Aku keluar menemui angin. Baiklah, hari ini gagal. Tapi besok akan kucoba lagi.

28 Juli 2011, 16.45...

Kantin sekolah sudah sepi sedari tadi. Ini sudah lewat jam pulang sekolah. Tapi Dayana masih setia mengaduk-aduk lemon tea yang tak sedikitpun disentuhnya. Hatinya sedang kesal. Ia tak melakukan apapun, hanya melamun, harusnya ini waktu yang tepat untuk membuatnya kembali mengingatku, tapi lagi-lagi semua yang dipikirkannya terlalu berharga baginya untuk bisa kuganggu gugat. Aku tahu apa yang sedang dipikirkannya. Cinta!

Yah, Dayana kecilku yang dulu kini sedang jatuh cinta. Tapi kali ini cinta itu membuatnya cemburu. Sekelebat cerita berkelebatan dalam memorinya yang dengan mudah dapat kubaca. Seorang pemuda dan seorang gadis yang sedang mengerjakan tugas bersama dan sesekali dengan akrabnya bercanda. Harusnya tak ada yang salah dengan adegan itu, kalau bukan karena ada cinta yang melahirkan cemburu. Pemuda itu, Vian. Dayana sudah menyukainya bahkan sejak mereka SMP, dan sekarang mereka sudah kelas 2 SMA. Tak ada yang salah dengan adegan itu kecuali bahwa gadis itu bukan Dayana.

Gadis itu, Rani. Gadis yang selalu mendapatkan tempat terakrab dengan Vian. Memang mereka berteman sejak kecil, tapi kenyataan itu tak pernah mampu meredam kecemburuan yang tercipta. Dan saat cinta terlalu menyesak, Dayana menyerah. Menyerah dengan harapannya sendiri. Itulah kenapa ia duduk menyendiri di kantin siang ini. Tiba-tiba sepi yang senyap itu terusik,

78