Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/92

Halaman ini tervalidasi

"Tentu saja. Itu yang kutunggu sejak lama. Kau impíanku!"

Lagi! Sepertinya aku memang tak cukup berharga untuk menggantikan impian Dayana yang satu ini.

29 Juli 2010, 02.22...

Angin berdesau lembut petang itu di sebuah tanah lapang penuh bunga rumput. Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari dengan semangat membuat bunga rumput di tangannya berterbangan. Di belakangnya, sang ayah mengejarnya sehingga membuat gadis itu tertawa senang. Tiba-tiba gadis kecil itu berhenti, tertegun mendapati seekor makhluk putih bersih tak jauh di depannya, bola matanya membulat lucu.

"Ayah, itu apa?" Tanyanya sambil menunjuk makhluk tersebut.

"Oh, itu namanya kelinci, Dayana," jawab sang ayah.

"Lucu sekali! Boleh kita tangkap ya, Yah?" Dayana merengek.

"Jangan Dayana, itu kelinci peliharaan kakak itu!" Ucap sang ayah sambil menunjuk seorang anak laki-laki tak jauh dari si kelinci. Dayana tampak kecewa, bibirnya sedikit maju, lucu sekali, membuat ayahnya tertawa kecil.

"Sudahlah, Dayana manis. Merawat bintang peliharaan itu repot. Lebih baik nanti ayah belikan sesuatu yang lebih lucu," hibur sang ayah.

"Benarkah? Ayah Janji?" Mata Dayana kembali membulat berbinar.

"Ya, ayah janji. Dayana maunya apa? Asal jangan binatang peliharaan!"

"Hmm... Apa ya?" Dayana berpikir dengan ekspresi menggemaskan. "Oh ya, Dayana mau dibelikan..."

Krrrriiiiiingggggggggg.......

Jam weker berbunyi membangunkan Dayana. Dadaku berdegup cepat selagi tadi Dayana bermimpi. Sungguh sejak

80