Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/94

Halaman ini tervalidasi

pernah benar-benar memimpikan aku saat itu? Kulihat Dayana dan Eli pergi, dan tak lagi membahas tentang impian-impian kecilnya. Sekali lagi, aku masih tak berhasil diingat. Sudahlah, tak apa.

31 Juli 2011, 10.30...

Akhir minggu yang manis bagi Dayana. Ini kencan pertamanya dengan Vian. Mereka berjalan-jalan di pertokoan dengan wajah riang. Sesungguhnya aku tak tega untuk merecoki akhir minggunya yang indah. Tapi apa daya, waktuku tak banyak lagi. Aku harus tetap berusaha!

"Hey! Lihat, boneka itu manis sekali," pekik Dayana tertahan. "Ayo kita masuk ke toko itu," ujarnya sambil berlari memasuki toko.

"Boneka yang mana?" Tanya Vian.

"Itu!" Dayana menunjuk sebuah etalase penuh dengan boneka berwarna merah muda. Nafasku tercekat, jantungku berdetak lebih kuat dari sebelumnya. Inikah waktunya? Baiklah! Aku harus bisa membuatnya mengingatku kali ini! Ayolah Dayana! Ingat aku! Dayana berjalan mendekati etalase itu.

"Yang ini," ucapnya seraya menunjuk sebuah boneka yang tepat berada di samping boneka kelinci merah muda. "Boneka beruang kecil yang sedang memegang hati! Belum pernah aku melihat boneka semanis ini," ujar Dayana tersenyum.

Aku ikut tersenyum. Getir. Lagi untuk kesekian kalinya, Dayana tidak bisa mengingatku. Dadaku seketika sesak, aku sesegukan menangis tersedu-sedu. Tangisan yang sejak bertahun-tahun lalu kutahan, kini lepas semuanya. Aku terisak-isak dalam kesedihan yang teramat dalam. Angin mendekatiku, berusaha memberi ketenangan. Lama baru tangisanku usai. Angin memangkuku dengan alirannya yang basah, ia ikut menangis.

"Maafkan aku. Tapi bolehkah aku tahu, apa sebenarnya

82