membawa kotoran kertas keloear. Dr. Pardi diam meihat langkah Tati keloear pintoe.
Roepanja Nji R. Partiah mengerti apa jang terkandoeng dalam hati saudaranja. Ia laloe mendekati dan bertanja agak memain :
„Tati soedah besar ja, Pardi ?”
„Ja.”
„Dan, ia mendjadi tjantik, boekan ?”
„Hm, hm!”
„Tidak kalah dengan gadis kota, ja ?”
Sekarang baroe insjaf bahwa apa jang terkandoeng dalam hatinja diketahoei oléh saudaranja. Ia tidak memberikan djawaban pertanja'an jang ditoedjoekan padanja: „Kau memantjing Par, saja djèwèr kau poenja koeping”. Pelan-pelan dengan memain ia boektikan perkata'annja itoe dengan perboeatannja.
Kira-kira djam lima lohor njonja Koesoemapradja doedoek di korsi-keboen dengan poeteranja. Di sitoe doedoek poela Nji R. Partiah berdekatan dengan saudaranja. Air-tèh dan koewé-koewé telah dikeloearkan dan tentoe sadja Tati jang mengerdjakan itoe semoea lajanan. Lebih dari sekali Nji R. Partiah mengetahoei bahwa saudaranja sering melèrètkan matanja pada Tati, tetapi ia poera-poera tidak mengetahoei. Njonja Koesoemapradja sedikitpoen tidak mengetahoei tentang ini hal.
„Pardi, iboe sekarang merasa girang kau dipindahkan di Betawi; dekat djikalau maoe membitjarakan hal apa-apa dengan kau”.
„Sjoekoerlah iboe. Dan, apakah ada sesoeatoe hal jang iboe akan bitjarakan dengan saja?”
9