BAGIAN KE-EMPAT
Penggoda dan Rintangan
DR. PARDI soedah kembali di kota Betawi dan melakoekan pekerdja'annja sebagai tabib disatoe roemah sakit. Rata-rata ia poenja dienst djam toedjoe pagi sampai djam doea siang. Sorenja di roemah mendjalankan praktijk, mengobati orang jang datang kepadanja. Dalam tempo pendek namanja soedah terkenal dikalangan pergaoelan oemoem. Ini tidak lain karena boedinja jang manis dan peramah tertambah sangat hati-hati melakoekan kewadjibannja. Dalam pergaoelan lantas sadja djadi terkenal, banjak orang toea prijaji jang mempoenjai gadis berbisik-bisik membitjarakan dokter moeda jang masih boedjangan ini. Tetapi orang tidak mengetahoei sebabnja kenapa Dr. Pardi seolah-olah menarik diri dari matjam-matjam pertemoean. Sebagai anak moeda di kota besar seolah-olah ia hidoep menjendiri, djarang sekali nampakkan diri didalam berbagai pertemoean. Orang tidak tahoe bahwa ia mempoenjai simpanan dalanı hatinja. Tentang ini kepada sahabatnja siapapoen djoega ia tidak mendjelaskan; poen tidak kepada boedjangnja si Djembloeng jang ia bawa dari Tjigading. Berkali-kali djikalau ia sedangnja mengaso kelihatan dengan berkendara'an auto jang masih baroe ditempat-tempat didekatnja Sawah Besar. Orang melihatkan ada seorang dokter masoek dan keloear kampoeng, mengira akan atau habis mengoendjoengi orang sakit. Tetapi
32