djam enam pagi moelai mendjalankan betjanja. Tidak antara lama betoel tertampak oléhnja betja kosong jang di kendarakan oléh Amir.
„Betja,...... betja !”
Amir memberhentikan kendara'annja dekat Miss Omi. „Apakah kau tidak pikir kembali perkata'an saja kemaren soré ?”
„Saja soedah pikir sampai dalam nona, tetapi saja tetap tidak bisa”.
„Tolol, maoe dibikin senang tidak maoe”.
„Permisi nona”.
„Nanti doeloe, saja maoe naik”.
Dengan hormat Amir melajani penoempangnja, dengan menempatkan kendara'annja dekat Miss Omi. Setelah zangeres ini doedoek diatas betjanja, ia bertanja haroes kemana.
„Poetar kota, kemana sadja”.
Dari Gang Kali Goot keloear Gang Alhambra membelok kanan ambil djoeroesan ke Gang Ketapang. Sepandjang djalan Miss Omi adjak berbitjara toekang betjanja roepa-roepa hal, jang didjawab oléh Amir hanja setjoekoepnja sadja. Sesampainja Petodjo membélok ke kiri meliwati Djaga Monjet. Dimoeka Harmonie, kebetoelan poesat enam djalanan, Amir ada sedikit goegoep melihat banjaknja auto jang menoedjoe ke berbagai djoeroesan dan tram electris dari tiga djoeroesan. Tetapi ia sangat ati-ati, ambil djalan Molenvliet Oost melaloei Kantoor Resident dan Weeskamer. Pada itoe sa'at di pinggir kali sebelah djalanan soedah banjak toekang tjoetji jang melakoekan kewadjiban-
42