Halaman:Asmara Moerni.pdf/51

Halaman ini tervalidasi

Dalam hatinja Tati menetapkan bahwa diantara 16 orang itoe tentoe terdapat djoega Amir, ia poenja toenangan jang seharoesnja ini hari kawin dengan ia.

Tati dan bibi Ikah poelang, berdjalan lemas dan toendoekkan kepala karena maloe dan soesah djikalau memikirkan nasibnja.

Bibi Ikah sangat bingoeng djikalau memikirkan dengan tjara apa ia haroes menghiboerkan keponakannja. Dalam ini hal Pa' Iti tidak dapat berboeat soeatoe apa. Tati merasa poetoes asa, djalan satoe-satoenja hanjalah akan poelang ke désa kembali. Bibinja tidak dapat mentjegah, dan barangkali memang ini djalan adalah jang paling baik.

Tjigading dari Betawi tidak dekat, ongkos djalan adalah perloe sekali. Apa poela dalam keada'an sebagai ini tidak selajaknja djikalau Tati poelang sendirian ta' ada jang menghantarkan. Sedang memikirkan so'al ini teringat oléh bibi Ikah toean Abdul Sidik seorang hartawan, salah seorang langganannja.

Toean Abdul Sidik hanja hidoep boléh dikata dengan seorang diri. Ia soedah beroemoer tinggi dan roepanja soedah sering kali ia mendjadi korban tipoe moeslihat dari pihak orang lain atau familienja sendiri. Diroemah hanja dengan boedjang jang setia, lain orang tidak pernah kelihatan dipekarangannja. Ikah jang mengoeroes pakaiannja oentoek ditjoetji.

Pada satoe hari Ikah menghantarkan pakaian, diikoeti oléh Tati. Kebetoelan waktoe mereka maoe masoek ke roemahnja dari bagian belakang toean Abdul Sidik sedang marah-marah. Tadinja Tati takoet pada

49