Halaman:Asmara Moerni.pdf/52

Halaman ini tervalidasi

nja, adjak bibinja poelang, tetapi sesoedah njata boekan marah terhadap padanja atau bibinja, maka hilanglah ketakoetannja. Diroemahnja toean Abdul Sidik Tati sering sekali oendjoek ringan tangan soeka membantoe membèrèskan apa-apa jang letaknja tidak teratoer dengan tidak diminta atau diperintah oléh toean roemah. Antara toean Abdul Sidik dan Tati timboellah perasa'an saling menjajang.

Tidak heran pikiran Ikah teringat pada ini hartawan toea waktoe ia dalam kebingoengan terseboet diatas, djoega jang berhoeboengan dengan ongkos perdjalanan ke Tjigading.

„Bibi maoe memberi tahoe doeloe kepada toean Abdul Sidik djikalau kita akan pergi ke Tjigading. Saja rasa kau boléh ikoet sekalian berpamitan sebab ia terlaloe baik pada kau”.

Tati tidak mendjawab hanja sedikit manggoet dan mengikoet djalan dibelakang bibinja.

Toean Abdul Sidik sedang menderita sakit entjok. Diroemahnja seorang dokter moeda sedang mengobati. Waktoe ini dokter keloear dari roemahnja menoedjoe ke autonja, bibi Ikah dan Tati sedang masoek di pekarangan. Dari kesedihannja doea perempoean ini tidak melihat ke lain djoeroesan, sehingga Tati tidak melihat bahwa Dr. Pardi didekat autonja berdiri, memandang ia. Setelah bibi Ikah dan Tati masoek, auto laloe berdjalan.

„Toean, saja memberi tahoe dan mohon permisi bésok akan pergi ke Tjigading kira-kira boeat lima atau enam hari. Djikalau toean tidak keberatan saja ke-

50