Halaman:Asmara Moerni.pdf/60

Halaman ini tervalidasi

Tati keloear sebagaimana biasa djikalau pergi hanja sendirian, dengan goenakan auto. Waktoe ia poenja auto dekat tempat pendjoealan poetoe, hampir sadja berdjoempa dengan Amir, djikalau tidak ada soeara memanggil-manggil ia. Itoe soeara asalnja dari Miss Omi jang menjewa kamar di hotel belakang tempat pendjoealan koewéh poetoe itoe. Amir terkedjoet, menoleh dan masoek ke dalam. Tidak antara setengah menit datang auto Tati berhenti di depan pendjoealan koewéh poetoe, tetapi Amir tidak tertampak lagi.

Tati menoenggoe dimasaknja koewéh poetoe, sedang Amir didalam kamar hotel berhadapan dengan Miss Omi.

„Boekankah kau poenja nama Amir?”

„Betoel, nona”.

„Hampir saja ta' kenal lagi. Kenapa kau sekarang djadi begitoe matjam?”

„Ja nona, djikalau nasib sedang malang, bintang sedang gelap”.

„Apakah kau masih djalankan betja seperti doeloe?”

„Sekarang tidak lagi, nona”.

„Apakah jang kau kerdjakan ini waktoe?”

„Tidak bekerdja apa-apa nona. Saja menganggoer”.

Miss Omi melihat ia dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Amir berpakaian rombeng-rombeng, sedang moekanja kelihatan lajoe serta ta' teroeroes.

„Kebetoelan. Saja poenja toekang-ketjapi dari Bandoeng, minta verlof, tadi siang poelang. Apakah kau masih dapat bermain ketjapi?”

„Masih, nona”.

58