Halaman:Asmara Moerni.pdf/62

Halaman ini tervalidasi

loearkan air mata. Toean Abdul Sidik jang mengetahoei ini menghiboerkan dan menasehati djanganlah memikirkan pada Amir lagi djikalau ia ini tidak ada harganja boeat dipikirkan.

„Bapa, saja tidak tahoe apa sebabnja, wadjah Amir selaloe terbajang dimata saja, dari itoe idzinkalah saja nanti soré menonton di park, oentoek melihat meskipoen sebentar sadja. Saja harap bapa akan idzinkan itoe”.

Toean Abdul Sidik pikir-pikir, kemoedian mendjawab „Tidak baik anak gadis pergi ke park sendirian, nanti bapa hantar !”

Malam Minggoe. Berdoejoen-doejoen orang menoedjoe ke tempat tontonan. Toean Abdul Sidik dengan Tati didalam auto sedan nampak di antara orang banjak. Tetapi, waktoe dekat pintoe gerbang park, telah terdjadi satoe ketjilaka'an. Seorang pemoeda soedah kegiles taxi. Politie dan orang-orang loear memberi pertolongan sedapat-dapatnja, auto dari Gezondheidsdienst dipanggil dan sigera datang.

Toean Abdul Sidik dan Tati jang tidak dapat meneroeskan perjalanannja karena banjaknja orang di tempat ada ketjilaka'an itoe, terpaksa toeroen berdjalan kaki. Tentoe sadja doea orang ini, seperti lain-lain orang toeroet bertanja apa jang terdjadi dan dapat djawaban ada orang kegiling taxi. Tati jang kebetoelan berdiri didekat politie-agent, terkedjoet waktoe dengar orang soerat-kabar dapat ini keterangan :

„Jang salah jang kegiles sendiri, toean. Namanja. Amir, asal dari Tjigading. Ia mendjadi toekang ketjapi

60