Halaman:Bahasa Indonesia Pertama-tama diucapkan dalam Volksraad.pdf/12

Halaman ini tervalidasi

Sungguh benar tuan Voorzitter ! Sudah sampai tjukup bangsa kami disini dipetjah-petjah, dibelah-belah dan dipisah-pisah disuruh berdjauh-djauhan. Untuk pemilihan Volksraad bangsa kami disini akan dipisah-pisahkan senegeri-senegeri. Untuk pemilihan Provinciale raad mereka akan dipetjah-petjahkan satu-satu regentschap. Untuk pemilihan regentschapsraad mereka akan dibelah-belah sedistrict-sedistrict. Dan untuk menundjukkan „tukang pemilih” mereka hendak ditjerai-tjeraikan sedesa-sedesa.

Sungguh benar, patut sekali saja mengutjap terima kasih kepada kawan- kawan saja, baik jang „burgerlijk”, baik jang bukan „burgerlijk”, jang sudah memberi ingat kepada saja itu. Sungguh benar keliru sekali niat saja hendak memisah-misahkan pula antara bangsa saja jang pandai menulis-membatja dengan jang tak pandai.

Dalam pada itu tuan Voorzitter, sekalipun seandenja diterima aturan pemilihan menurut tjara permintaan kami itu, belum djuga kami dapat menghargakan regentschapsraad jang akan berdiri. Kami belum bisa tahu apa jang akan dipilih oleh pemilih, belum bisa tahu berapa orang dan siapa jang mesti dipilihnja, belum bisa tahu bagaimana dimaksudkan susunan raad itu. Seandénja segala umat dalam regentschap diberi hak pemilihan, regentschapsraad tidak djuga akan menolong kepada Bumiputera, djika dibanjakkan didalam raad itu orang jang bukan Bumiputera. Apalagi tuan Voorzitter, djika kaum pemilih bangsa kami terbagi-bagi dan terpisah-pisah, sedang segala pemilih bangsa Europa dikumpul djadi sebuah golongan.

Tuan Voorzitter! Aturan begitu rupa mendjadi keberatan jang terlalu amat beratnja. Tjobalah tuan pikirkan sebuah residentie sebagai umpamanja residentie Kediri. Hampir semua Belanda disitu Belanda fabrik. Dan semua fabrik disitu kepunjaan H.V.A. Djadi kalau Belanda disitu mendjadi kaum pemilih, biar seribu kepalanja tentu satu sadja hatinja. Satu hati, satu kehendak, menurut kemauan sipemberi-makannja, sipunja fabrik. Boleh djadi ada djuga nanti satu, dua atau tiga orang jang mempunjai kemerdekaan diri, mempunjai dan menurutkan kehendak hati sendiri. Memang masih ada Belanda jang begitu. Dalam tahun 1918 misalnja tuan Van der Jagt disini telah menundjukkan kepada bangsa saja, bagaimana seorang Belanda telah berani bersikap dengan sikap jang bertentangan dengan kemauan sipemberi-makannja. Tapi model seperti tuan Van der Jagt itu memang tidak banjak. Lagi pula untuk menjenangkan sedikit akan hati bangsa saja, perlu saja terangkan, bahwa tuan Van der Jagt tidak punja anak dan bini. Pada hal dalam bangsa saja tak ada satu orang seumur tuan Van der Jagt, jang tidak mempunjai anak bini. Dan kerap kali hal beranak-bini itu bisa mengikat atas keberanian hati kita.

Sampai disini saja hendak menutup pemandangan saja aturan hak pemilihan ini. Sekali lagi saja menjatakan, bahwa sangat tidak adil aturan itu, jang mengumpulkan segala orang Belanda djadi sebuah golongan pemilih bagi Volksraad dan bagi Provinciale Raad sedang bangsa kami anak negeri dibagi-bagi beberapa kali bagi. Saja harap keterangan lebih luas tentang balanja dan bahajanja aturan itu, jang telah diuraikan dalam pidato kawan saja tuan Stokvis akan sampai djuga mendjadi pengetahuan bangsa saja, lebih-lebih kaum pergerakan. Su-