Halaman:Bahasa Indonesia Pertama-tama diucapkan dalam Volksraad.pdf/5

Halaman ini tervalidasi

itu dan sajapun, persidangan jang penghabisan. Oleh karena itu patutlah sekarang ini saja keluwarkan sepatah perkataan atas Diwan Ra'jat jang hendak segera terbaru itu.

Didalam pidato saja, waktu persidangan bijasa jang pertama sekali, ja'ni didalam tahun 1918, saja telah katakan, bahuwa belumlah bangsa Peribumi begitu ditinggikan harganja oleh lain bangsa, seperti didalam Diwan Ra'jat ini putih dan hitam sekali-kali tijada berbedaan, semuwa sama pangkatnja, sama haknja, sama kewadjibannja. Sungguhpun didalam medan ini anggota dengan anggota sering berbantah-bantahan dengan keras, dari sebab ta' tjotjok timbangan, akan tetapi asal sahadja keluwar dari medan itu, lantas sahadja beramah-ramahan kembali dengan asjik sekali. Maka apa jang telah saja katakan itu, sampai pada hari inipun ta' ada robahnja.

Oleh karena itu haruslah saja meminta terima kasih kepada sekalian taulan-anggota saja, jang telah melandjutkan peri keadaan jang terlampau baiknja itu. Dan saja memudji, kekallah peri keadaan itu didalam Diwan Ra'jat jang baharupun.

Djuga dari pihak Pemerintah, kita ta' sering mendapat budi bahasa, jang karang senonoh, bijarpun pengetjaman kita berapa kerasnja.

Oleh karena itu patutlah kita memberi hormat kepada sekalian Pembesar Negeri, jang telah tjampur-gaul bekerdja dengan kita.

Adapun jang telah dikerdjakan oleh Diwan Ra'jat ini, itupun mendjadikan girang hati saja, karena ada seorang Pembesar Negeri, jang telah berkata, bahuwa, sesudahnja ada Diwan Ra'jat kepandaian memerintah sekali-kali ta' berharga, melainkan politiek jang dimulijakan.

Itulah suwatu tanda, bahuwa disini dalam hal mengurus negeri telah bertjabul peri keadaan jang ahirnja boleh djadi sama dengan keadaan dinegeri lain-lain, jang terurus oleh ra'jatnja sendiri ; mudah-mudahan politiek itu bertumbuh baik dan sigera berbuwah jang diharap oleh kita sekalian.

Lain dari itu, Tuwan Voorzitter, saja berasa wadjib akan mengamini perkataan taulan-anggota saja, jang telah memudji, menghormat dan mendjundjung duli Seri Paduka jang Dipertuan Besar Gubernur Djenderal, Tuwan Van Limburg Stirum, jang tijada lama lagi hendak meletakkan djabatannja dan meninggalkan tanah air kita ini. Sungguhlah, menurut perasaan saja, didalam abad penghabisan ini, ta' adalah seorang Gubernur Djenderal, jang memikul pekerdjaan dan tanggungan begitu amat beratnja, seperti jang Mulija itu. Adapun sebab-sebabnja :

Pertama : Ketika Seri Paduka menjambut kewadjiban itu, seluruh dunia boleh diumpamakan ada didalam Kijamat sagra, jang berhubung dengan hiru-hara perang besar di tanah Eropa. Maskipun negeri kita ini ta' ketarik didalam hiru-hara itu, akan tetapi bahajanja ta' boleh ditegahkan sama sekali, baik didalam hal penghidupan manusija, baik didalam lain-lain jang berhubung dengan mengurus negeri. Akan tetapi bahaja itu ta' mendjadikan tjelaka pada bangsa dan negeri kita ini. Itulah tijada lain, melainkan pertama-tama dari bidjaksananja Paduka Jang Mulia Tuwan van Limburg Stirum. Oleh karena itu, haruslah kita djundjung diatas kepala, apa jang diperbuat oleh Jang Mulia dalam hal itu.

3