"Hm.. Doni tahu kenapa Raymond begitu membencimu?"
"Tentu saja, karena saya juga membencinya. Selain itu, saya selalu membantah perintahnya."
"Hanya itu?"
"Mungkin ada faktor lain,"
Ragu-ragu Doni menjawab.
"Kata ibu, saya lahir tujuh bulan setelah pernikahan ibu dengan Raymond. Tapi, keadaan saya sama sekali tidak seperti bayi prematur."
Penjelasan Doni membuatku bagai tersengat lebah. Aku ingat Ina menikah dengan Raymond tepat 50 hari setelah perceraianku dengan Ina. Memang jauh, dari syariat Islam, agama kami. Tapi, orang tua Ina ngotot. Apalagi setelah ia yakin aku mempunyai kelemahan fisik. Aku mandul.
"Doni, maukah kamu melakukan sesuatu untuk kita?”
"Untuk kita? Apa itu, Pak?"
"Serangkaian tes. Mereka menyebutnya tes DNA."
"Jadi, Bapak memang mengira saya bukan anak Raymond, tapi anak.."
"Begitulah. Percayalah Doni, aku yakin kau anakku."
Akhirnya Doni mengangguk. Secercah harapan kulihat di matanya. Aku kemarin shock ketika mengetahui Ina tewas dalam kecelakaan bersama Doni. Doni sendiri harus kehilangan ingatannya selama 5 tahun. Tapi, si brengsek Raymond berhasil diselamatkan oleh kroco-kroconya.
Dua hari kemudian aku memperoleh dua berita. Pertama, hasil tes DNA menunjukkan Doni memang anakku. Tentu saja, aku dan Doni gembira sekali. Berita kedua, Raymond berhasil kabur keluar negeri setelah mengira ia berhasil melenyapkan Doni. Ini memang bukan berita baik, tapi aku tetap merasa berutang pada Raymond. Berkat dia, aku bisa kembali berkumpul dengan anakku, Doni.
105