Stephen rasanya hari ini aku menjadi lebih tegar untuk menghadapi masalah yang ada. Oh, ya, Stephen, setelah selesai waktu minum teh nanti aku akan pergi ke rumahmu. Dan kalau boleh aku ingin bertanya sesuatu padamu.”
“Ya, silakan saja, Joy,” kata Stephen.
Hari ini ayahmu ada di rumah tidak?”
“Memangnya, kenapa, Joy?”
“Begini, seminggu ini aku boleh menginap di tempatmu tidak? Soalnya ayah dan ibuku sedang ada tugas di luar kota selama tiga minggu ini. Aku takut tinggal bersama kedua pembantuku itu. Lagi pula aku hanya menumpang selama satu minggu, kok. Setelah itu aku akan kembali ke rumah dan kau ikut serta, itu pun kalau kau mau.”
“Oh, begitu. Joy, kau boleh kok menginap di rumahku kapan pun kau mau. Soalnya, ayah tiriku itu berangkat pada saat selesai waktu minum teh. Lalu, pulangnya kira-kira pukul 08.30 pagi hari.”
“Baiklah, kalau begitu aku akan menginap di tempatmu,” kata Joy bangkit dari tempat duduknya.
Setelah itu Joy pulang ke rumahnya. Ia pulang melewati jalan terlarang itu secara sembunyi-sembunyi. Kebetulan dua orang polisi yang biasa berjaga di situ sedang tidak ada. Seketika itu juga, Joy mengerem secara mendadak. Ia melihat sebuah gudang besar di balik semak semak yang besar dan pohon pinus. Memang, sih, kalau kita lewat di situ tidak terlihat bangunan gudang itu. Tapi, karena merasa terhalang oleh semak itu, Joy membersihkan semak itu. Ketika semak-semak itu dipinggirkan akan terlihat sebuah gudang di situ.
Karena takut tertangkap oleh dua orang polisi yang berbadan besar itu, Joy langsung saja meninggalkan tempat itu. Lalu, setibanya di rumah dia segera bergegas membereskan pakaian-pakaian yang akan dibawanya nanti. Joy memasukkan baju-baju dan buku pelajarannya ke sebuah ransel yang lumayan besar. Setelah selesai waktu minum teh, Joy berpamitan dengan kedua pembantunya.
“Bi, jika ayah dan ibuku menelepon ke rumah, bilang kalau aku baik-baik saja dan jika ada urusan penting sekali, hubungi saja ponselku.”126