Setelah itu, Joy pergi ke rumah Stephen. Joy mengendarai sepeda untuk ke rumah Stephen. Rasanya enak sekali mengendarai sepeda melewati pusat kota dan masuk desa dengan mengendarai sepeda. Aku menjadi lebih tenang dan rasa takut akan bertemu dengan dua polisi itu hilang begitu saja. Setibanya di rumah Stephen, ternyata ayah Stephen baru mau berangkat kerja,
“Hai, Om, apa kabar?” sapa Joy.
Ayah tiri Stephen tidak membalas sapaan Joy. Tetapi, dia memandang tajam dengan sinar mata marah pada Joy dan Stephen. Ia pun berlalu dengan mengendarai Honda Jazz yang yang baru dengan angkuh. Lalu, ia berpaling lagi dengan sinar mata yang marah.
“Masuklah Joy. Stephen sudah menceritakan semuanya ke tante. Dan tante sudah menyiapkan kamar untukmu.”
“Makasih tante, Joy senang sekali karena diizinkan menginap,” katanya.
“Selamat datang, Joy,” sapa Stephen. Sekarang mari aku tunjukkan kamarmu. Sementara itu, ibunya Stephen masuk ke kamar kerjanya sambil berucap, “Selamat datang dan menikmati tempat yang baru, Joy.” Joy tersenyum senang walaupun di dalam hatinya ia sangat takut akan bertemu dengan ayahnya Stephen.
“Nah, Joy, sekarang kamarmu di sini dan kamarku di sebelahnya. Nanti kita akan lebih mudah untuk berunding, bagaimana supaya kau tidak sampai bertemu dengan ayah. Dan sekarang mandilah dulu, Jalu tukar bajumu dengan pakaian bersih. Bukankah kau tadi lelah bersepeda ke sini dan tentunya kau kena debu kendaraan dan berkeringat. Setelah itu, aku menunggumu di serambi kanan dekat ruang tamu.
Setelah Joy selesai mandi dan berpakaian bersih, dia ke bawah hendak menemui Stephen, Di sana Stephen sudah menunggu Joy dengan berbagai macam hidangan yang dibuatkan ibunya. “Bagaimana perasanmu sekarang, Joy,” Stephen memulai pembicaraannya.
“Syukurlah sekarang sudah agak baikan,” jawab Joy dan sekarang aku akan mengatur jadwal agar tidak sampai ketemu dengan ayahmu. Seusai pulang sekolah, aku sementara waktu127