Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/77

Halaman ini tervalidasi

"Qahal juga indak kencing cembalangan lagi. Kenalin, Mak lyah bilang, hali Labu besok Qahal mau ulang tahun. Belapa, ya, katana gitu tiga belas, eh...tujuh puluh."

"Tujuh belas..," ujarku meluruskan.

Iya... cegitu. Alah gadang, kata Mak Iyah. Jadi, Qahal indak boleh pipis cembalangan lagi."

Aku menepuk bahu si bungsu penuh haru. Selama ini keegoanku telah menutup rasa sayangku kepadanya. Aku merasa hebat sendiri. The best student di kampus, aktivis senat, tapi mengurus adik satu-satunya aja enggak becus!

"Tapi, Qahar jangan bilang sama ayah dan bunda soal peristiwa ini, ya? ini janji orang dewasa," akal bulusku berjalan lagi.

"Tapi, Aa' Gym bilang, boong itu doca, bunda dan ayah juga bilang begitu. Mak Iyah juga..."

Aku menaruh lenganku di bahu Qahar layaknya seorang sahabat. "Begini, adik gantengku, yang udah gadang, tiap orang dewasa itu punya rahasia. Jadi, sebagai orang dewasa, Qahar harus mampu menyimpan rahasia. Gimana, sanggup tidak? Qahar diam sejenak, berusaha memahami kata-kataku yang tak satu pun dimengertinya.

"lya, deh, Qahal canggup. Alhamdulillah kamu selamat Alwi, tapi...

"Mak Iyah yang bakal laporin!" teriak Mak Iyah di depan pintu. "Habis, kali ini Nak Alwi indak bisa dimaafkan."

Yaa.. alamat jatah uang sakuku hilang, nih.

"Mak lyah, uang jajan Alwi dibagi dua deh.

"Enak aja, gini-gini Mak Iyah anti KKN, ujar Mak Iyah memonyongkan bibirnya."

Keterangan:
Uda : abang
alah gadang : sudah besar
indak : tidak
jo apo ka dibukak : dengan apa hendak dibuka
kurang taratik : tidak sopan
iyo : iya
marwah : harga diri

65