Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/10

Halaman ini tervalidasi

12

Moekanja itoe orang toea tetap kliatan bengis dan kedjam.

Lagi sekali anaknja memoehoen.

Kombali ia berloetoet boeat minta dikasiani.

Achirnja, dengen dada berombak, itoe graaf bitjara:

„Akoe .. tida... kenal . . . sama kaoe!.. Taoe . . boekan ... anakkoe lagi."

„Apa ini kaoe poenja perkataan jang pengabisan, ajah?... Kaoe poenja perkataan jang pengabisan ?"

„Ja.., perkataan koe jang pengabisan!"

Kombali dalem itoe kamar djadi sepi. Soeara menangis jang sasenggoekan dari itoe prempoean tjilaka dan dari anaknja, jang toeroet sedih oleh kerna iboenja bersoesah hati, kadengeran dalem itoe kamar.

Achirnja Clotilde bangoen.

„Slamat tinggal, ajah! Slamat tinggal... boeat selamanja!"

Pintoe kamar ditoetoep.

Itoe orang toea tida liat anaknja telah pergi.

Dengen mendadak ia dapet taoe, bahoea tinggal ia saorang diri sadja dalem itoe kamar.

Apa ia soeda berboeat?

Astaga! la poenja anak, jang ampir mati saking lapar dan kadinginan, ia soeda oesir bersama anaknja, sedeng malem gelap goelita.

Dengen mendadak itoe graaf boeka pintoe kamar dan lari kaloear.

„Clotilde !" demikian kadengeran soearanja. „Clotilde, anakkoe!"

Tida ada djawaban.

Semoea soenji, soenji seperti di tempat pakoe boeran.

„Clotilde! Sini, akoe kasi ampoen!"