Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/132

Halaman ini tervalidasi

134

„Djoestroe akoe tida maoe moesti menaggoeng sengsara begitoe lama,“ djawab Alfred dengen soeara serat. „Apa tida ada djalan boeat bikin pendek temponja ia poenja sengsara ?“. . . .

Vicky memandang dengen saklebatan pada Alfred.

„Di sini orang tida berlakoe begitoe, toean,“ djawabnja. „Paling banjak kita pake obat jang bikin orang tida merasa sakit. . . . “

„Betoel. Pake obat obat jang bisa bikin orang tida berasa sakit . . . Ingetlah pada ongkos ongkos besar jang moesti dipake. Ingetlah pada sengsaranja si sakit, pada halnja ia tida bisa djadi semboeh. Kaloe sakit itoe moesti berdjalan lagi begitoe banjak taon. . . . Akoe lebih soeka bajar sataon lebih doeloe aken . .“

Alfred berajal.

Vicky kombali mengawasi padanja dengen sorot mata jang aneh.

„Boeat itoe tida bisa dipake laen dari morphine (tjandoe), toean,“ kata itoe djoeroe rawat.

Dengen goegoep Alfred pegang tangannja Vicky.

„Pakelah itoe,“ katanja. „Akoe berdjandji aken bajar lebih doeloe sataon dari ongkosnja.“

„Itoe bisa bikin akoe djadi tjilaka, toean.“

„Tjilaka dari mana? Akoe ada satoe satoenja orang jang memperhatiken pada itoe orang sakit.“

„Akoe sama sekali tida kenal pada kaoe, toean.“

„Kaoe merasa koeatir tentang oepahnja. Itoe oepah nanti dibajar pada satoe hari sasoeda itoe orang tjilaka dibebasken dari sengsaranja“.

„Dan dokter Jefferson ?“

„Tida perloe ia dapet taoe tentang kita poenja perdjandjian. Ini soeda barang tentoe.“

Vicky berpikir.