Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/136

Halaman ini tervalidasi

138

dang padanja seperti ia dapet liat satoe machloek dari langit.

„Akoe kenalin kaoe,“ kata Clotilde, „Allah soeda kirim kaoe boeat djadi akoe poenja saksi. Ja, akoe betoel gravin Limburgh, toean Scherer, Akoe ditoentoet dan dikoeroeng di sini oleh satoe moesoeh, jang soeka liat akoe mati. Ia koeboer akoe di sini idoep idoep. Sekarang akoe ada harepan poela. Itoe harepan adalah kaoe, toean Scherer, kaoe jang kenal akoe dan bisa tetapken siapa adanja akoe . . .“

„Maaf, nona, bagimana kaoe bisa dateng disini ?“

Di moekanja Clotilde kliatan satoe tanda sedih.

„Akoe boekan lagi nona bangsawan Clotilde,“ djawabnja. „Akoe njonja Vieuxtemps, istrinja ingenieur Vieuxtemps, jang kemoedian lari. Akoe dateng di New York sebagi saorang miskin dan melarat, sebagi satoe pengemis, boeat tjari soeamikoe, jang telah tinggalken akoe sendirian.“

Frits Scherer belon mengarti terang, apakah itoe nona ada saorang gila atawakah katerangan dan keloehannja ada betoel.

Tapi ia tida bisa merasa sangsi jang ini orang tjilaka betoel gravin Clotilde.

Apakah sabenarnja soeda kedjadian ?

Bagimana poetri jang tjantik dari graaf Limburgh, jang begitoe ditjinta oleh orang toeanja, bisa ada dalem tangannja directeur dari ini roemah sakit gila ?

„Toean Scherer, akoe moehoen pada kaoe, djanganlah pandang akoe seperti saorang gila,“ kata Clotilde lagi dengen soeara goemetar tatkala ia liat Scherer berajal. „Bilang sadja, apa kaoe kenalin akoe atawa tida.“

„Ja, betoel kaoe adalah gravin Limburgh.“