Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/225

Halaman ini tervalidasi

227

 Dengen tjepet ia masoek.

 Moekanja soeda djadi sanget poetjet dan rasa sedih menggoda hatinja.

 Dengen keras ia boeka pintoenja Clotilde poenja kamar.

 Clotilde soeda lari.

 Ia mengawasi pada medja dan dapet liat satoe potong kertas jang ditoelis, barangkali satoe soerat.

 Ia ambil itoe kertas.

 Sedeng ia membatja itoe toelisan, tangannja goemetar. Ia batja Clotilde poenja slamat tinggal jang, bikin terharoe hati, ia dapet kapastian dari itoe soerat bahoea Clotilde tida bersalah, itoe soerat tida bisa mendjoesta, sebab itoe telah kloear dari hati jang djoedjoer dan soesah.

 „Akoe brangkat . . . dan kaoe tida aken ketemoe akoe poela, selama lamanja tida," Rogers oelangken perkataan perkataan dari itoe soerat. „En toch, Clotilde," itoe kolonel menggerendeng teroes, „en toch akoe telah berlakoe tida adil pada kaoe, sanget tida adil, sebab akoe kira, roepanja kaoe ada salah . . . Lantaran kaoe poenja anak, maka kaoe telah toetoep moeloet. Sekarang perkara soeda terang boeat akoe."

 Sasoeda abis batja itoe soerat, Rogers diam, matanja memandang pada itoe kertas, jang menjampeken padanja perkataan perkataan manis dan getir.

 Satetes aer mata djatoh dari matanja. Tjinta jang timboel dalem hatinja, merampas sekalian kakoeasaannja dan ia inget dengen kaget dan menesal pada Clotilde poenja kasedihan.

 Sasoedanja kasoesaan jang tida sedikit dipikoel oleh itoe prempoean tjilaka, Rogers telah tambahken lagi