Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/247

Halaman ini tervalidasi

249

„Djangan bilang disini ada orang,“ kata itoe badjingan lagi. „Akoe tjoema hendak bitjara orang doea sadja sama dia. Kaloe ia liat akoe, brangkali ia aken kombali."

„Ha, akoe mengarti. Toean tjinta ini anak prempoean, he?“ kata Schultz, itoe toekang losmen.

„Oh, gila! Tapi semboenjiken akoe, lekas"

„Tida soesah,“ kata Schultz lagi, jang anggep itoe sepoeloe dollar sebagi satoe boekti jang sanget terang.

„Di sini ada satoe pintoe jang kloear dalem goedang dalem tanah. Kaloe toean maoe toeroen disini ?“

Sambil kata begitoe, Schultz pergi disatoe tempat, dimana ada satoe tjintjin ketjil dari besi, jang disekroep dalem lantei dari papan. la bongkoken badannja, tarik itoe tjintjin dan boeka satoe pintoe.

„Ja, boleh. Dan apa kaoe aken tinggalken akoe berdoea sadja sama dia?“ kata Vieuxtemps.

„Apa toch maksoednja ini toean? Ia bikin akoe sedikit koeatir,“ Schultz menggrendeng, sedeng Viuxtemps mengilang ditangga dan itoe orang Duitsch toetoep poela itoe pintoe.

Clotilde masoek dalem itoe losmen dan berdiri di depan pintoe dari kamar, jang sanget gelap.

Schultz pasang lampoe dan mengawasi itoe prempoean asing.

Ia lantas mengarti kainginan jang dikandoeng oleh itoe tetamoe lelaki boeat bikin kaget itoe prempoean, sebab ini prempoean ada loear biasa tjantik, sedeng moekanja ada kliatan roepa sedih, jang moesti bikin orang merasa kasian bagi dirinja.

Dengen maloe maloe Clotilde madjoe bebrapa tindak sambil menanja dengen amat plahan pada itoe toekang losmen: