Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/265

Halaman ini tervalidasi

267

XXXI.
ACHIRNJA DAPET KOMBALI.

Tatkala Clotilde lari dari „Penggilingan Merah“ soepaja terlepas dari Alfred Vieuxtemps, ia telah tida berajal lagi boeat menoedjoe ka djalan besar jang masi amat sepi dan gelap.

Sebab tida denger di blakangnja ada tindakan orang, maka Clotilde brenti sabentar boeat ilangken tjape.

Ia pikir, Vieuxtemps tida kedjar padanja, atawa itoe bangsat tida dapet tjari padanja. Pendeknja, Clotilde soeda terlepas dari itoe orang. Tapi itoe djalanan di waktoe tengah malem ada berbahaja. Clotilde djadi takoet. Sasoeda djalan bebrapa lamanja, ia tjari satoe tempat semboeni di bawah bebrapa poehoen kajoe, jang berdiri di pinggir djalan. Di sitoe ia aken menoenggoe sampe malem soeda diganti dengen siang.

Dengen amat lelah ia rebahken dirinja atas satoe boekit jang banjak roempoet. Djantoengnja memoekoel keras sekali. Di sakiternja ada sepi sekali. Clotilde djadi tidoer njenjak sekali, lantaran mana ia djadi loepa di mana ia berada dan apa soeda terdjadi.

Tatkala ia sedar dan bangoen dari itoe boekit, ia liat, matahari soeda silam. Ia mengarti, la soeda tidoer seantero hari.

Ia merasa badannja ada banjak lebih koeat dari kemarennja.

Pikiran pertama jang timboel dalem kepalanja, jalah pergi ka itoe kota ketjil, di mana ada itoe circus dan liat, apakah ia poenja anak ada di sitoe.

York tida terlaloe djaoe dari sitoe. Itoe waktoe soeda laat tatkala Clotilde moelai djalan. la brenti sabentar