Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/281

Halaman ini tervalidasi

283

Dalem ia poenja katjintaan jang soenggoeh soenggoeh, ia pandang itoe kolonel seperti saorang jang pantes ditjinta dan itoe katjintaan telah reboet ia poenja antero hati, jang soeda sekian lamanja kosong, diloekain dan dihinaken.

Dengen pelahan Rogers toelak itoe prempoean. „Njonja,“ katanja, „apa kaoe bikin?“

„Toeloeng akoe. Lepasken akoe,“ Henriette mendjawab seraja menangis. „Akoe mati disini. Akoe bentji padanja.“

„Njonja, djangan begitoe lekas poetoes harepan,“ kata itoe kolonel lagi. “Segala apa nanti bisa djadi beres poela. Kaoe poenja soeami.....“

„Djangan pertjaja, jang ia aken robah adatnja," kata Henriette. „Segala akoe poenja rasa tjinta bagi dirinja soeda lama padem. Ja, akoe pandang hina adanja. Akoe takoet boeat dia. Ia ada saorang gila jang boeas, jang perlakoeken akoe sebagimana ia doeloe perlakoeken ia poenja boedak boedak prempoean bangsa koelit item. Akoe tida aken tinggal lagi sama dia.....Kasianlah sama akoe, bawa akoe pergi dari sini.“

Rogers pastilah kasian sama dia, tapi ia poenja perkataan perkataan jang bernapsoe dan ia poenja permintaan aken bawa ia pergi dari sitoe, membikin heran itoe kolonel.

„Kaoe pikir apa ?" ia menanja. Kaoe telah menikah sama toean Lincoln dan akoe tjoema bisa doaken dengen soenggoeh hati, soepaja kaoe poenja soeami berlakoe lebih manis pada kaoe.“

Koetika itoe inspecteur Bernard dateng di depan pintoe dan kata:

„Kolonel, itoe toean tanah sekarang soeda sabar. Kaoe boleh bawa kombali ia poenja istri padanja.“