Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/288

Halaman ini tervalidasi

290

toenja ia poenja pengidoepan, kaloe ia berteman dengen saorang soeami jang begitoe loear biasa.

Hari soeda malem. Gelap goelita soeda toeroen menoetoep moeka hoemi. Tjoema tanda jang poeti dari tekenan tekenan itoe piano masi bisa kliatan dalem itoe kagelapan.

Buodjang prempoean dengen pelahan boeka pintoe, taro lampoe besar atas medja dan pasang lilin lilin di pinggir piano sambil kasi lirikan pada itoe orang jang tjakep jang telah kloearken soeara begitoe bagoes dari itoe tetaboean toea.

Rogers teroes mainken itoe piano dengen tida taoe, bahoea orang memoedji padanja. Baroe sadja itoe boedjang prempoean berlaloe, pintoe diboeka lagi sekali.

Clotilde masoek.

Dalem kamarnja ia telah denger itoe lagoe jang sedih dan sedeng Emma tidoer, ia kloear dari itoe roemah lantaran ketarik oleh kakoeatan loear biasa dari itoe muziek

Sekarang ia mendengerken betoel betoel Ini lagoe, jang ia soeda lama loepa, bikin ia inget pada temponja ia masih moeda, pada waktoe malem dalem gedong Limburgh apabila tetamoe tetamoe jang banjak pada mendengerken dengen heran pada ia poenja soeara jang bagoes

Tempo soeda berobah.

Mendenger ada soeara di pintoe, Rogers menoleh. Moekanja djadi terang tatkala ia liat itoe orang jang baroe dateng. Mendadak ia bangoen dari krosinja.

„Sekarang kaoe poenja giliran, Clotilde,“ katanja sambil mendjoera. „Muziek adalah obat paling mandjnoer boeat semoea penjakit penjakit kita.“

Matanja itoe doea orang ketemoe pada satoe sama