Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/369

Halaman ini tervalidasi

371

Ia inget pada graaf Limburgh jang toea, di Den Haag, dalem ia poenja gedong jang indah, dikiterin oleh boedjang boedjarg Bagimana besar adanja perbedaan antara itoe graaf dan itoe anak prempoean jang sekarang mengoembara.

Achirnja marika berlaloe dari itoe goha.

Hari soeda malem.

„Kita nanti bisa dapet tempat semboeni,“ kata Frits.

„Djangan koeatir. Dan nanti kita bisa mengaso déngen tida oesah koeatir apa apa. Besok kita djalan ka Philadelphia, oewang kita tida kakoerangan.“

Clotilde poenja moeka djadi merah.

„Toean Frits“, katanja dengen pelahan, „akoe fida poenja barang satoe cent.“

„Djangan takoet,“ djawabnja, „kita ada poenja oewang dari alam.“

„Kaoe soenggoch baek,“ káta Clotilde dengen merasa sedih.

„Akoe boekan manoesia lagi. kaloe akoe tida berdaja sabisanja boeat toeloeng kaoe dari ini keadaan. Akoe harep, kaoe tida aken tampik ini sedikit oewang jang akoe dengen sagenap hati soeka kasiken pada kaoe. Sekarang, marilah kita pergi.“

„Trima kasi,“ djawab Clotilde.

Kemoedian, sasoeda berpikir sabentar, ia kafa lagi:

„Apa tida aneh, jang kita ketemoe satoe sama laen dalem keadaan begini?“

„Pengidoepan memangnja ada begitoe loear biasa. Kadang kadang orang kakoerangan jang paling tida berharga. Maka itoe orang djangan pandang hina pada siapa djoega, hanja sebrapa bisa moesti saling toeloeng satoe sama laen. Kita selamanja tida bisa taoe, apa kemoedian bisa terdjadi sama diri kita. Tjoba liat, di