Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/39

Halaman ini tervalidasi

41

taran soesah hati....... akoe tida bisa lagi bekerdja dan......akoe idoep melarat."

„Astaga, Clotilde."

„Akoe poenja tjerita masih belon abis," ia teroesken bitjaranja dengen ketawa sedih. "Jang paling hebat akoe masih belon tjeritaken. Sebab akoe rasa lebih lama akoe djadi lebih sakit, maka orang bawa akoe dalem roemah sakit, akoe, kaoe poenja istri, anaknja graaf Limburgh. Dan tatkala akoe pergi dari sitoe bersama anak...."

„Bersama anak? Apa kaoe bilang? Sama anak mana?"

„Ja, tatkala akoe brangkat bersama itoe anak, ini anak ada begitoe lemah, hingga di segala saat akoe koeatir, ia aken mati dalem tangankoe."

„Clotilde.... itoe anak.... O, Allah, bitjaralah. Apa itoe.... anak kita?"

„Anak kita ?..... Apa kaoe poenja maksoed? Ja, betoel, ia djoega djadi kaoe poenja anak, tapi sadjek ja dilahirken, ia djadi poenjakoe saorang sadja. Ia djadi anakkoe, boekan anakmoe. Ia tida ada poenja ajah lagi."

„Clotilde, djanganlah bikin akoe djadi gila... bitjaralah di mana adanja itoe anak. Apa ia idoep ?"

„Apa kaoe moesti perdoeli ? Sampe sekarang kaoe tida perhatiken baek itoe anak maoepoen iboenja."

„ltoe omong kosong semoea," kata Goud dengen goesar.„Kaoe djoesta.... semoea djoesta."

„Apa? Apa kaoe pertjaja, akoe aken mendjoesta tentang hal jang begitoe soetji ?" kata Clotilde dengen moerka.„Apa kaoe maoe boekti boekti ?"

„Ja, kasi liat padakoe."

„Di sini, di sini adanja itoe boekti boekti."

Clotilde lantas kloearken dari kantongnja satoe koempoelan soerat soerat.„Na, ini ada soerat kawin dan