Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/5

Halaman ini tervalidasi

7

 Dalem satoe kamar besar, jang diriasin dengen banjak perabot, ada doedoek graaf Limburgh di depan satoe medja toelis, dengen kapalanja bersender di tangannja.
 Satoe tempat lilin dari mas dan kristal, dalem mana ada banjak lilin, mementjarken sinar terang seperti siang. Tembok temboknja itoe kamar diriasin sama katja jang berhargaj mahal dan figoera figoera, bikinan toekang toekang teeken figoera jang kesohor.
 Ia tida denger boedjangnja boeka pintoe dari itoe kamar. Ia djadi kaget tatkala itoe boedjang kata :
 ,,Ada satoe prempoean pengemis jang minta masoek dan tida maoe berlaloe."
 ,,Sekarang ? Waktoe begini ? Siapa adanja itoe prempoean ? Apa ia maoe ?" tanja graaf Limburgh.
 ,,Akoe belon pernah liat itoe prempoean." djawab si boedjang. ,,Akoe kira ia boekan orang dari ini bilangan."
 ,,Kasi ia masoek dan kasi ia makan di dapoer," kata itoe graaf poela. ,,Dan kasi djoega tempat tidoer, kaloe ia tida ada poenja tempat sendiri."
 Moeka jang bengis dari itoe graaf kliatannja telah djadi lebih manis. Tapi maski bagimana bengis djoega adanja ia poenja para moeka, toch ia ada mempoenjai hati jang pengasih.
 Tatkala itoe boedjang pergi, ia moelai poela lajangken pikirannja.
 Satoe ketokan di pintoe bikin ia djadi bangoen dari impiannja.
 ,,Masoek !" kadengeran soearanja itoe orang bangsawan.
 Di pintoe jang terboeka kliatan badan jang koeroes dari itoe prempoean moeda, jang baroesan dikasi masoek dalem itoe gedong.