Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/55

Halaman ini tervalidasi

57

 „Ini poekoelan jang menimpah pada kaoe, ada satoe poekoelan keras dan sanget kedjam, njonja,“ djawabnja. „Berlakoelah dengen tabah dan trima sadja apa jang soeda ditakdirken. Jalah ajahmoe, tentang siapa akoe, dipaksa oleh kewadjibankoe, moesti kabarken pada kaoe, bahoea ia telah meninggal."
 „Astaga ! apakah soeda terdjadi ? .... Apa ini kabar hebat ada benar ? Ajahkoe jang manis soeda diboenoeh orang?“
 „Benar, njonja.“
 Marie menangis hingga sekian lamanja tida bisa bitjara.
 Alfred toentoen ia ka krosi. Dengen soeara terpoetoes poetoes kemoedian ia menanja :
 „Tjeritakenlah semoea, toean. Djadi ajahkoe soeda .... soeda mati ?“
 „Tatkala itoe boedjang toea tadi pagi dateng tjeritaken pada kita dalem keadaan bagimana telah dapetken toeannja, lantas bebrapa agent, toekang preksa mait dan dokter dari gemeenteraad pergi ka roemahnja toean Smith. Dokter tjoema bisa tetapken, bahoea toean Smith telah mati waktoe tengah malem. Badannja soeda dingin dan moelai kakoe.“
 „Dan siapa .... pemboenoeh mana jang soeda ambil djiwanja ajahkoe boeat poeasken ia poenja napsoe temaha ? Akoe pergi ka sana,“ kata itoe njonja seraja bangoen dari krosinja. „Akoe moesti liat ajahkoe. Akoe sampe tida sempat bitjara padanja sabelon ia berpisah dari kita.“
 Kombali ia menangis.
 Dengen soeara aloes Alfred tjoba bikin sabar hati istrinja.
 „Adalah kewadjiban kita, njonja Goud,“ kata Bernard poela, „aken lantas britaoeken ini perkara sedih pada