Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/72

Halaman ini tervalidasi

74

 „Piso!“ katanja dengen soeara tertahan.

 ,„Astaga! Toeankoe! Orang telah boenoeh ia dengen satoe piso.” Aer matanja mengoetjoer poela dari matanja jang soeda djadi merah lantaran menangis, Toean De Vries toedjoeken matanja pada itoe boedjang toea.

 „Jansen,“ katanja, sembari kasi liat itoe kontong, „apa kaoe kenal ini ?“
 „Tida, toean, tida; akoe belon pernah liat itoe.“

 „Pemboenoehnja telah bawa ia poenja piso, sebab orang tida ada dapetken itoe sendjata,” kata Bernard. „Tapi hal telah dapet ini kantong tida djadi koerang pentingnja. Brangkali di itoe kantong ada ditoelis nama, dari mana orang bisa taoe, di mana itoe sendjata telah dibeli.“

 „Apa kaoe tida ada ketemoeken apa apa dalem kamarnja Jansen, toean Bernard ?" De Vries menanja.

 „Tida, selaennja bebrapa soerat soerat, sebagimana akoe soeda bilang."

 „Jansen, apa kaoe kenal orang, jang ada mempoenjai piso jang pas dengen ini kantong ?" itoe hakim menanja pada Bob.

 „Tida, toean, tida."

 „Dan apa kaoe sendiri belon pernah mempoenjai piso sematjem ini?"

 Bob sama sekali tida doega, dakwaan apa orang ada kandoeng atas dirinja. Ini sangkaan boekan sadja telah diterbitken oleh itoe tanda tanda darah di badjoenja, hanja telah dikoeatken oleh perbilangannja Alfred pada hakim, bahoea saorang asing tentoe tida bisa kloear dari itoe roemah.

 Dan dari sebab inspecteur Bernard lantas sadja telah taro tjemboeroe pada Bob, maka itoe sangkaan djadi lebih keras lagi, sedeng itoe boedjang sendiri