Halaman:Bangsawan dan Pengemis.pdf/85

Halaman ini tervalidasi

87

 „Boengkoes itoe anak sama kaoe poenja badjoe,“ kata Jim.

 Henri, jang ada lebih hati-hati dari sobatnja, boengkoes itoe anak sama slimoet. Kemoedian marika pergi.

 Tatkala marika sampe dipinggir kali, itoe anak menangis. Dengen tjepat Henri toeroen dipraoe, sedeng Jim boeka iketannja.

 Pada itoe waktoe djanda Van den Broek jang telah tjari itoe areng batoe dengen sia sia, kombali diroemahnja.

 Ia denger dari djaoe tangisnja satoe anak ketjil, tapi ia sama sekali tida kira, itoe ada soearanja Emma. Ia tida maoe tjari itoe areng lebih lama lagi, sebab ia pikir, tentoe orang laen soeda ambil.

 Sesampenja diroemah ia koentji pintoenja. Kemoedian ia pergi ka kamarnja, doedoek poela dikrosinja dan moelai inget lagi pada lakinja jang soeda mati. Ia tida merasa perloe boeat tengok tempat tidoernja Emma, jang ia kira soeda tidoer, sebab tida denger ia bitjara atawa menangis.

 Dan sedeng itoe prempoean toea teroesken pakerdjaannja membikin kaoes, membatja dan berpikir, tempo liwat dengen tjepat dan ia merasa tjape sekali.

 Ia bersender di krosinja dan djadi poeles.

 Mendadak ia kaget bangoen.

 Ia boeka matanja dan memandang disakiternja dengen heran.

 Apa ia mengimpi, bahoea orang lempar djendelanja dengen batoe batoe ?

 Tida. . . . .

 Sekarang orang ketok pintoenja.

 Berbaring dengen itoe orang panggil djoega namanja.