Halaman:Belati Item.pdf/58

Halaman ini telah diuji baca

56

TJILIK ROMAN'S

Dengen penuh perhatian Ho Song mendengerken pembitjarahannja iapunja sobat, aken tetapi ia tinggal diam sekutika lamanja.

„Djadi kau anggep jang kabaran tentang didapetnja itu surat antjeman oleh Nona Amalia, tida beralesan?” achirnja ia berkata pula.

„Betul . . .” menjaut Pauw Long. „Tjoba kau pikir sadja, begimana bisa djadi jang ibunja itu gadis tida tau di mana gadisnja sembuniken diri?”

„Barangkali itu prempuan kuatir, kau ada mendjadi kontjonja itu bangsat . . .

„Ja . . . itupun bisa djadi djuga. Aken tetapi aku tetep masih bertjuriga dengen tingka lakunja itu prempuan tua, jang ada sedikit gugup kutika aku memperkenalken diriku sebagi satu wartawan jang hendak minta keterangannja nona Amalia . . .

Sembari isep sigaret, Ho Song lajangken pikirannja dengen tenang, matanja dongak keatas mengawasin kaso rumah.

„Hm . . hm . .” achirnja kedengeran ia menggrutu: „Aku sungguh tida mengarti sekali mengapa 'ntjiknja itu gadis tida masukin sadja uwang itu dalem salah satu Bank atas namanja nona Amalia? Dan apa sebabnja itu gadis sesudanja menerima itu uwang contant jang berdjumblah bukan ketjil tida lantas berbuat demikian? Ha . . . di sini ada pokonja itu segala kesulitan . . . Dan lagi, apa sebabnja kawananan bangsat itu dengen tjepet suda dapet mentjium bau? Aku rasa tentu ada „apa-apa” jang salah . . . . Baeklah kita pergi menjelidikin ini urusan kapan kau inginken itu . . . ."

„Ho Song . . .” kata lagi Pauw Long, „buat apa kita masih pikirken hal-hal jang sedemikian itu? Hal jang tjuma-tjuma sadja kita puter otak sehingga membikin kepala terputer, buat memikirken itu suatu jang agak sulit dan gandjil?”