Halaman:Belati Item.pdf/63

Halaman ini telah diuji baca

„BELATI ITEM"

61

penduduk Fu Nam-street keluar rumah, kalu tida ada urusan jang sanget penting sekali. Siang-siang semua rumh suda ditutup rapet . . . .

Adapun pembikinan rumah-rumah di Fu Nam-street itu ada djauh dari pada beres. Di seblah sini ada terdapet rumah-rumah complex jang berdeketan rapet satu sama laen, sedeng di laen sebrang terdapet rumah-rumah model villa jang bagus modelnja, tapi tembokannja suda banjak jang rusak dan gugur.

Dengen pendek kita mau bilang jang pemandangan di sekelilingnja Fu Nam-street sungguh tida bagus. Apalagi djikalu musim udjan telah tiba, djalanan ada merupaken sebagi djuga kobokan kerbo, kerna lumpur dari tanah betjek dan mengembeng aer. Rumah-rumah di bagian straat itu kebanjakan mendjadi tempat kediamannja penggawe² kantoor dari tingkatan khas kambing, dan djuga oleh sekalian kuli-kuli pelabuhan dan tukang langtjia.

Seperti telah dituturken di bagian seblah atas, pada itu malem di sebuah rumah jang mesum ada berkumpul ampat orang jang sedeng asiknja maen matjiok. Salah satu orang itu lalu menguwap sambil menggrendeng:

“Hm: . . sedeng kita orang diwadjibken buat mendjaga di sini, adapun si Andjing Utan lagi enak-enakan melajang di awang-awang dengen „Dewi Asep” . . .” Sesudanja berkata begitu kombali itu orang menguwap lagi, kemudian ia batuk-batuk.

„Ach . . . sungguh sial betul . . . katanja tida lama, tida taunja suda lebih dari setengah djam ia masih belon kombali djuga, apakah ia tida kesian pada kita orang jang suda begitu ketagian?”

„Kau betul sekalu, Liok Kouw, aku djuga suda kliwat mengantuk, sedeng . . . mulutku djuga suda sanget ketagian dengen itu Asep Penghidupan . . .