82
TJILIK ROMAN'S
terpaksa membunuh mati kepadamu. Sekarang . . . djawab pertanjahanku,” menjentak Ho Song dengen suara keras, hingga membikin Amalia mendjadi sanget terkedjut dan ketakutan,
„Kapan kau sudah pindah kemari?” menanja Ho Song dengen paras keren.
Baru hari Selasa, djadi . . . lima hari berselang,” kata itu prempuan dengen suara jang terpulus-putus serta bergemeteran.
„Hm . . hm . .” kata lagi Ho Song: Siapalah sebetulnja jang suru padamu buat djalanken ini permaenan „komedi”? Ketahuilah olehmu . . . bahua aku, detective Ho Song, selamanja aken merintangin terus pada pekerdjahannja kawanan bangsat. Kalu kau punja djiwa mau slamet . . . hati-hati nona . . . djangan tjoba buat merat, kerna pertjuma sadja kau tida dapet melolosken diri . . .”
Pauw Long jang meliai itu prempuan ada’ bikin gerakan seperti hendak lari, dengen tjepet sigra todongin iapunja sendjata api kearah mukanja itu nona „manis“ . . . .
„Pauw Long, hajo lekas bekerdja,“ kata Ho Song.
Dari dalem badannja Pauw Long lalu keluarken tali tambang halus Jang terbikin dari urat kerbo (buffalo string gut), di mana dengen tjepet sigra ia iket itu prempuan punja kaki dan tangan jang lantas di„blenggu“ di atas satu korsi. Amalia tjuma bisa meliatin sadja dengen kedua matanja melotot saking takut dan gusar, seria penasaran sekali. Mulutnja itu prempuan disumpel oleh sapu tangen . . . .
Ho Song dan kawannja sigra menudju keruwangan blakang dari itu rumah gedong jang ternjata ada sanget luas . . . Dalem itu rumah ada terdapet lima kamar, jang semua pintunja rapet dan ter-