Halaman:Beng Lee Koen V. 14.pdf/45

Halaman ini tervalidasi

— 1085 —

jalah mengandoeng seroepa pengharepan : „soeami djaja sedeng istri termoelia“, tapi sebaliknja siapa njana sekarang bisa djadi begini roepa . . . . . . . . Waktoe sakit akoe tiada bisa bantoe merawat dengen soegoeken thee dan obat. . . . . . . Begitoe djoega sewaktoe hendak menoetoep mata, akoe tiada bisa berada di sini boeat mengatoerken berpisaän dengen berdepan. . . . Oh, Allah, inilah bakal membikin akoe seoemoer idoep merasa menanggoeng satoe panasaran jang tiada habisnja!

Hong Hoe Siauw Hoa djoega telah madjoe ka depan, menangis dengen soeara keras katanja :

„Semoea ini adalah Poet Tjaij ampoenja kedosaän, jang telah menjebabken Toako, soeami-istri moesti terpisa setjara amat menjedihken, moehoen sanget Hian So ampoenja roh jang soetji soeka membri ampoen, serta tiada mengandoeng sakit hati.“

Djoestroe itoe waktoe, Tji Geng Siang kebetoelan baroe sadja dateng dari loear, tempo dapet liat sang mantoe, dalem hatinja soeda merasa amat piloe; meliat lagi Him Hauw dan Loe Leng ada menangis begitoe sedih, ia sigra madjoe mengampirin seraja memboedjoek katanja: