Halaman:Beng Lee Koen V. 14.pdf/81

Halaman ini tervalidasi

— 1121 —

Sehabisnja oetjapken itoe perkataan, Lauw Ke Pek lantas djatoken dirinja berloetoet di tana, angkat tangan dan sodja sampe beroelang - oelang, sedeng di matanja keliatan ada mengembang aermata, mirip seperti orang jang hendak menangis.

„Ach, Lauw Tjiok Tjoe,” berkata Siauw Hoa dengen pengrasaän tiada tega, „kaoe poenja hati ternjata sanget kedjem dan berbisa. Djika sekarang kaoe dilepasken poelang nistjajalah kaoe nanti terbitken poela laen gloembang jang terlebi heibat boėat ketjilakaännja kitaorang. Ja, maskipoen kaoe berhati begitoe kedji, tapi akoe tiada aken bisa merasa tega meliat kaoe dalem ini keadaan.”

Berkata sampe di sini, Siauw Hoa laloe berpaling pada Wie Jong Tat dan setjara orang memoehoen, ia berkata:

„Soedilah apa kiranja dengen memandeng Siauw Te poenja moeka, Heng Tiang maoe kasi sedikit kelonggaran padanja. Bebasken dia dari pendjara bawah tana, hanja ganti koeroeng sadja di sala satoe kamar kosong dengen kaki-tangan zonder borgolan, toch dia tiada aken gampang minggat dari sini, begitoe djoega setiap hari, pagi dan sore, kasiken dia makan kenjang dan pakean lebi